Arba’in – The Fourth

Sci,Tech and Ent

DOSBox – Si Emulator Game Jadul

Video Game. Satu-satunya ‘penyakit’ saya yang paling parah dan belum bisa sembuh-sembuh sampai umur 30 sekarang ini. Nggak di rumah, nggak di kantor, baik ketika sendiri maupun pas lagi bareng pacar, saya selalu menyempatkan diri untuk main game, walaupun cuma sekedar 5 menit. Saya tahu kalo hobi yg satu ini sebenarnya kurang bagus, apalagi buat yg sudah ‘berumur’ seperti saya. Tapi mau gimana lagi, game sudah seperti candu, susah buat berhentinya.

Berkat game-lah, saya bisa berkenalan dengan mesin ajaib bernama PC, 20 tahun silam. Berkat game juga, saya yang awalnya punya cita-cita menjadi pilot sampai rela ‘pindah haluan’ menjadi seorang engineer.

Saya nggak tau kalo ada di antara pembaca sekalian yang ‘sealiran’ dengan saya (baca:maniak game sampe jadi om-om emoticon), cuma seringkali menarik untuk sedikit bernostalgia dengan game-game lawas pada akhir tahun 80-an sampai awal 90-an,  di saat dunia perkomputeran masih dalam masa-masa ‘kegelapan’, belum ada yg namanya desktop, Windows, folder, kursor tetikus dan lain-lain. Yang ada hanyalah layar monitor gelap dengan prompt "C:>". Inilah zaman-zaman di mana DOS (Disk Operating System) menguasai PC di seluruh dunia.

Saat itu teknologi komputer memang rata-rata masih 8-bit sampai 16-bit, tampilannya masih 256 warna (kadang masih ada yg cuma 16 warna), tapi saat itu video game (di PC) masih terbilang jarang kalau dibandingkan dengan video game console seperti Atari, NES, SEGA dan sebangsanya. Dan buat saya pribadi, game-game lawas banyak menyisakan kenangan indah masa kecil yang nggak mungkin bisa saya lupakan. Itu sebabnya, main game lawas seringkali memberikan kesenangan tersendiri buat ‘om-om’ seperti saya.

Memainkan game lawas di PC modern bisa dibilang, well … gampang-gampang susah. Tentu saja kita tidak bisa asal klik dua kali pada shortcut seperti halnya game-game sekarang, karena game lawas kebanyakan berbasis perintah DOS dan arsitektur PC saat ini sudah jauh berbeda dengan PC zaman dahulu kala. Pada kondisi seperti ini, DOSBox bisa menjadi solusinya.

Kalau anda familiar dengan MAME, Kawaks, EPSXE, Nebula dan semacamnya, saya yakin anda sudah tidak asing dengan istilah Emulator. Sesuai namanya, emulator adalah suatu program khusus yang bisa melakukan emulasi atau meniru/menyamai suatu sistem tertentu, dalam hal ini game. Dengan MAME misalnya, anda bisa memainkan game-game pada mesin arcade (yang biasa kita sebut ding-dong), misal Street Fighter, King of Fighter dll, di PC anda. Contoh lainnya adalah EPSXE, di mana anda bisa memainkan game Playstation di PC. Dengan kata lain, anda bisa main game playstation tanpa harus beli console dan CDnya. Hemat dan praktis (dan gratis pastinya), itulah keuntungan utama menggunakan emulator.

DOSBox kurang lebih sama prinsipnya dengan emulator-emulator di atas. Dalam hal ini, DOSBox akan melakukan emulasi DOS, sehingga si game lawas akan ‘menganggap’ bahwa PC canggih anda menggunakan sistem operasi DOS yg jadul, dan game tersebut akhirnya bisa dimainkan. Anda hanya membutuhkan file-file game yang ingin anda mainkan, dan DOSBox. Karena yang diemulasikan adalah sistem berbasis perintah (command base), DOSBox membutuhkan sedikit pengetahuan akan perintah-perintah DOS (dan sedikit UNIX). Tapi tenang saja, DOSBox sama sekali tidak sukar untuk dipelajari dan digunakan. Berikut adalah screenshot game Prince of Persia yang saya mainkan dengan DOSBox pada laptop Dell 1318 dengan OS Windows Vista.

Prinsip utama untuk menggunakan DOSBox adalah Mount and Run. Yang pertama kali harus dilakukan adalah ‘mount’ pada direktori/folder dari game yang ingin dimainkan. Pada proses ini, DOSBox akan mengemulasikan sistem DOS pada direktori tersebut. Setelah proses mount berhasil, anda bisa langsung menjalankan game tersebut dengan mengetikkan nama file eksekusinya, biasanya dengan ekstensi EXE, COM atau BAT.

Kelihatannya memang ribet kalau kita selalu melakukan langkah-langkah di atas setiap kali ingin bermain game. Tapi dengan sedikit modifikasi, anda bisa melakukan konfigurasi tambahan pada DOSBox untuk langsung menjalankan game tertentu tanpa harus mengetikkan berbagai macam perintah. Anda juga bisa membuat file batch (BAT) khusus untuk tiap game dan meletakkan shortcut ke file tersebut di desktop, sehingga anda bisa langsung memainkan beberapa game berbeda lewat desktop. Di internet juga tersedia beberapa programfront-end khusus yang bisa digunakan untuk menjalankan game tanpa harus melakukan konfigurasi yang rumit pada DOSBox.

Ingin mencoba ?

DOSBox bisa diunduh secara gratis di : http://www.dosbox.com/. Game-game DOS lawas bisa anda peroleh di : http://www.dosgames.com/

Selamat bernostalgia … emoticon  

April 11, 2012 Posted by | Bhs Indonesia, Games | 2 Comments

CDR Control Automation Project (Part 2)

Well, untuk sementara sistem remote troubleshooting CDR via TeamViewer di lab berjalan lancar. Hasilnya selama liburan 3 hari kemarin cukup memuaskan. CDR sempat stop beberapa kali karena cuaca panas, tapi masih bisa direstart … dari ANCOL .. hehhe. Sooo, selama internet lab nggak mampus dan nggak ada mati lampu di Serpong, there will be no problem.

Sekarang bisa lanjut ke tahap berikutnya … 

Remote Troubleshooting succeeded!

TAHAP II.  SISTEM PENGARSIPAN DATA CDR KE EXTERNAL HD

Pada kondisi normal, CDR menghasilkan 1 data volume scan (yg nantinya digunakan untuk analisis) setiap enam menit. Ukuran 1 data volume scan bisa kurang dari 1 MB (tidak ada hujan) sampai 5 MB (hujan ekstrim). Dalam sejam, maksimal akan ada sekitar 50 MB data RAW, itu artinya CDR akan menghasilkan sekitar 1,2 GB data raw dalam sehari. Itu belum termasuk data surveillance dan image. Dengan ukuran sebesar itu dan koneksi internet yang ada saat ini, bisa dibilang proses pengolahan data harian secara remote akan sangat sangat sukar (walau tidak mustahil).

Masalah kedua, server lab hanya mendownload data CDR dalam format ASCII. Saya terus terang nggak suka dengan ASCII karena ukurannya yg relatif besar walaupun sudah dikompresi. Lagian data ASCII sangat rawan disalahgunakan tanpa ijin karena gampang diakses semua orang. Capek-capek ngolah data sampe keluar format ASCII, eh datanya dipake orang lain cuma dengan modal Excel atau Notepad. Saya lebih suka dengan format Binary, karena selain ukurannya jauh lebih kecil, datanya eksklusif karena hanya si programmer yg tahu tiap variabel dan cara mengakses data tersebut. Sehingga lebih aman dari sisi hak cipta (copyright).

Masalah ketiga, sistem kontrol CDR ini ada di lab, jadi mau tidak mau harus mengikuti policy jaringan di lab. Dan koneksi ftp secara langsung dari lab sangat dibatasi dengan alasan keamanan. Sistem harus terhubung dengan server lab sebelum bisa melakukan koneksi ftp. Pilihannya cuma dua, koneksi ftp via SSH atau Citrix. Really really unconvenient for a network newbie like me …

Dan .. masalah terakhir. Automatic system. Yeah. That’s also a big problem. Ini berhubungan erat dengan sistem operasi yang digunakan. Sistem kontrol CDR saat ini adalah dual-OS, Windows7 dan Linux Mint 10. Kedua OS bisa menggunakan SSH, ftp dan VNC. Tapi sistem mana yang akan digunakan untuk sistem otomatisnya ? Di Windows, kita bisa menggunakan batch file + task scheduler untuk membuat program berjalan secara otomatis, dan di linux kita bisa menggunakan shell script + cron tab. Tetapi …. kembali ke masalah nomor 3, gimana caranya membuat sistem ini melewati barikade policy jaringan lab ??? Bisakah melakukan scripting via Citrix ?

Tadinya saya berencana mengaplikasikan konsep BOS (Business Operating System) dan beberapa sistem multiplatform lain untuk mengatasi masalah ini. Tapi ujung-ujungnya malah tambah ribet, sistemnya jadi ngadat dan ada sedikit ‘kesalahpahaman’ yg timbul akibat penggunaan sistem ini. Jadi untuk sementara balik dulu ke Windows/Linux, sambil mikir alternatif lainnya.

(to be continued …)  

March 27, 2012 Posted by | Bhs Indonesia, Science and Technology | Leave a comment

Echo Coverage (Part 1)

Dari beberapa paper yang sudah saya pelajari (baca: sebagian saya pelajari), ada beberapa gambar menarik yang menggunakan data CAPPI radar. Salah satunya adalah Echo Coverage (EC), yang menunjukkan tutupan echo/sinyal balik dari presipitasi yang terdeteksi oleh radar. 

Salah satu paper menarik yg membahas soal EC adalah paper Mori-san (kebetulan saya jadi co-authornya .. ehm emoticon) : Convective System Developed along the Coastline of Sumatera Island, Indonesia, Observed with an X-band Doppler Radar during the HARIMAU2006 Campaign

Analisis echo coverage ini biasanya ditunjukkan dengan beberapa plot, antara lain : 

  1. Time-Height cross section. Pada grafik ini, sumbu X adalah waktu, sumbu Y adalah ketinggian, dan sumbu Z adalah echo coverage.
  2. Time-Time cross section. Pada grafik ini, sumbu X adalah waktu (hari), sumbu Y adalah waktu (jam) dan sumbu Z adalah echo coverage.

Analisis EC sangat bermanfaat untuk mengetahui pola spasial (statiform atau cumuliform) dan temporal (diurnal atau semi-diurnal) dari curah hujan di suatu wilayah.

Saya sebenarnya sudah pernah melakukan analisis data yang mirip, dengan menggunakan data satelit TRMM produk TRMM3B43 dan GSMaP NRT/MWR, dengan menggunakan Time vs Time plot, tapi dimensi ketiga yang saya gunakan adalah intensitas rata-rata curah hujan (rainrate).

Kali ini rencananya saya akan melakukan analisis dengan data XDR, selama perionde IOP2011 (Desember 2011). Well, ini belum pernah saya lakukan sebelumnya, jadi waktu pagi ini habis dengan coretan di kertas untuk menghitung EC sebelum dikonversi menjadi kode program. 

Masalah : Data radar adalah data grid 641x641x20. Karena yang dibutuhkan adalah data dalam coverage 160 km, maka tidak semua data akan dimasukkan dalam perhitungan, hanya data yang lebih kecil dari diameter 160 km yg diambil.

Algoritma :

  1. Buka data binary radar.
  2. Assign data radar, kedalam array 3 dimensi (x,y,z).
  3. Mulai hitung jarak tiap grid dari pusat radar. Grid yang jaraknya lebih kecil dari 160 km akan dihitung, yg lain akan diabaikan. Phytagoras theorm will do the trick … emoticon
  4. Periksa grid yang diperoleh dari langkah 3, apakah memiliki echo atau tidak. Bila ada, hitung berapa banyak grid yang memiliki echo.
  5. EC diperoleh dengan membandingkan jumlah grid yang memiliki echo dengan jumlah total grid dalam diameter 160 km.
  6. Ulangi langkah 1-5 untuk tiap data radar (10 menitan).

to be continued …. 

March 13, 2012 Posted by | Bhs Indonesia, Science and Technology | Leave a comment

Top 5 – Taksi Terbaik di Jakarta

Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi saya setelah merantau lebih dari 10 tahun di Jakarta, semoga berguna buat anda yang mungkin kebetulan ingin berkunjung ke Jakarta, di mana sebelumnya tidak punya pengalaman menggunakan alat transportasi seperti taksi. Maklum saja, jumlah perusahaan taksi di Jakarta luar biasa banyak dan makin bertambah setiap tahun, sehingga wajar kalau pendatang baru terkadang bingung menentukan layanan taksi yang benar-benar baik dan layak digunakan.

Saya membuat penilaian berdasarkan banyaknya armada taksi, kenyamanan taksi, pelayanan supir taksi serta kemudahan pemesanan. Sekedar catatan, karena tulisan ini berdasarkan penilaian pribadi, saya maklum kalau saja ada pembaca yang memiliki pendapat dan penilaian berbeda.

1. Blue Bird Group

Dari seluruh armada taksi yang beroperasi di Jakarta, Blue Bird layak dijadikan yang terbaik. Armada taksi Blue Bird sangat mudah anda temukan di berbagai sudut kota, mulai dari pusat perkotaan sampai daerah pinggiran. Kendaraan yang digunakan umumnya adalah Toyota Limo (versi rendah dr Toyota Vios). Setiap kendaraan biasanya dilengkapi dengan GPS untuk membantu navigasi pengemudi.

 

Dari sisi pelayanan, pengemudi Blue Bird juga bisa dibilang yang terbaik di Jakarta. Terkadang bila terjadi sesuatu, misalnya macet, sang pengemudi bisa menawarkan solusi yg baik kepada penumpang, seperti jalan pintas terdekat dan lain sebagainya. Jarang sekali saya memiliki pengalaman buruk dengan pengemudi selama menggunakan taksi ini. Pemesanan taksi ini juga sangat mudah, bisa lewat telepon atau SMS. Dengan segala kelebihan di atas tak heran bila Blue Bird seakan-akan sudah jadi ikon taksi di Jakarta, baik bagi para pendatang maupun wisatawan.  

Satu-satunya kekurangan Blue Bird adalah ongkosnya yang mahal (paling mahal mungkin) dibandingkan dengan taksi yang lain. Pada waktu pertama kali masuk taksi, angka yang tertera di argometer adalah Rp.6000, dan beberapa saat kemudian akan naik dalam kelipatan Rp.300.

2. Express Taxi

Express adalah alternatif terbaik buat saya dalam hal memilih taksi, terutama pada keadaan-keadaan berikut : tidak ada taksi Blue Bird yang kosong atau ketika lagi bokek. Dengan harga yang lebih murah (tarif bawah), anda bisa mendapatkan pelayanan yang nyaris setara dengan Blue Bird. Armada taksi Express juga relatif mudah ditemui di berbagai sudut kota. Kendaraannya juga kebanyakan adalah Toyota Limo seperti Blue Bird, dan kebanyakan sudah dilengkapi dengan GPS. Warna kendaraan yang putih bersih juga memudahkan anda untuk membedakannya dengan taksi lain.

 

Para pengemudi Express umumnya ramah kepada penumpang (saya juga jarang punya pengalaman buruk dengan taksi ini). Pemesanan taksi juga relatif mudah, walaupun masih belum semudah Blue Bird. Express menerapkan tarif bawah untuk ongkos taksinya, yaitu Rp.5000 pada saat naik, lalu bertambah dalam kelipatan Rp.250. 

Yang paling saya suka dari Express adalah warna kendaraan yang putih bersih, simpel dan nggak norak seperti kebanyakan taksi lain di Jakarta. Selain itu, jok belakang yang diberi kain putih seakan-akan menambah kesan nyaman untuk penumpang (kadang saya jadi serasa di atas kasur kalo duduk dalam taksi ini). Dan yang paling penting, ongkosnya lebih murah dari Blue Bird.

3. Taksi Putra

Saya menyebutnya taksi ‘pinggiran’. Maksudnya, taksi ini lebih banyak saya temui di luar pusat kota Jakarta, misalnya di daerah Jakarta Selatan atau Timur. Kebanyakan armadanya menggunakan Hyundai Excel dan Proton Wira/Waja. Saya sering sekali menggunakan taksi ini kalau sedang bepergian ke daerah pinggiran Jakarta. Mungkin karena pool taksi ini kebanyakan berada di dekat luar kota Jakarta, pengemudinya cenderung lebih mengenal daerah pinggiran tersebut dibandingkan taksi-taksi lainnya seperti Blue Bird ataupun Express.

Dari segi kenyamanan, taksi yang dulunya sempat bernama ‘Citra’ ini mungkin setingkat di bawah 3 taksi yang sudah saya sebut sebelumnya, karena sebagian besar armadanya masih menggunakan Nissan Excel yang ukurannya rada mini dibandingkan Toyota Limo. Kalo beruntung, anda bisa merasakan nikmatnya naik Proton dengan menggunakan taksi ini. Dari segi layanan, pengemudi taksi Putra juga ramah terhadap penumpang. Ongkos yang diberlakukan juga tarif bawah.

4. Gamya Taxi

Namanya mungkin tidak setenar taksi-taksi yang lain, tapi Gamya layak menjadi salah satu taksi terbaik di Jakarta. Armada Gamya juga lebih banyak saya temukan di luar pusat kota Jakarta, kebanyakan menggunakan Nissan Sunny Neo dan Nissan Latio. Taksi ini juga mudah ditemukan di bandara Soekarno Hatta.

 

Pengemudi taksi ini juga ramah terhadap penumpang. Walaupun tidak menawarkan fitur seperti TV, taksi ini tetap sangat nyaman dan bersih. Warna armada yang ‘cool’ dan tidak norak juga membantu anda membedakan taksi ini dengan taksi lainnya. Ongkosnya juga masih menggunakan tarif bawah. 

5. Taxiku

Mungkin armadanya tidak sebanyak Blue Bird atau Express, tapi Taxiku memiliki beberapa layanan yang tidak dimiliki oleh taksi-taksi ‘kelas atas’ tersebut. Dua di antaranya adalah gratis biaya jalan tol ke bandara (Soekarno Hatta) dan printer argo. Sudah bukan rahasia lagi kalau ongkos tol selalu jadi momok bagi pengemudi mobil di Jakarta, terutama yang mau ke bandara. Nah kalo pake taksi ini, anda tinggal duduk santai dan tidak perlu pusing lagi dengan ongkos tol. Website resmi Taxiku menyebut bahwa ini adalah promosi, entah kapan akan berakhir (semoga saja seterusnya LOL). Yang perlu diperhatikan adalah, gratis biaya tol ini hanya berlaku untuk perjalanan ke bandara. Kalau anda naik taksi ini dari bandara, anda akan tetap dikenakan ongkos tol.

 

Kelebihan lainnya adalah printer argo. Untuk sebagian orang, mungkin resi/bukti pembayaran taksi tidak terlalu penting. Tapi buat sebagian lagi, bukti pembayaran ini sangat bermanfaat. Terutama kalo anda bekerja di perusahaan yang sistem administrasinya ketat. Taxiku juga menerapkan tarif bawah untuk penumpangnya. Armadanya sebagian besar menggunakan Toyota Limo seperti halnya Blue Bird dan Express.

Nah, dalam hal pelayanan supir, mungkin dari 4 taksi di atasnya, taksi ini yg paling bawah. Tapi itu cuma pengalaman saya saja, mungkin ada pembaca yg punya pengalaman berbeda. Tapi secara umum pelayanannya masih cukup baik. 

November 15, 2010 Posted by | Bhs Indonesia, Guide, Thought and Opinion | 4 Comments

3 Months and Microblogging …

Oh my God, ternyata sudah tiga bulan lebih sudah tidak ngeblog lagi … 

Yah, mau bagaimana lagi, tempat curahan hati, uneg-uneg dan ide sekarang lebih banyak diambil oleh layanan Microblogging macam Facebook, Plurk atau Twitter. Entah siapa yg pertama kali mencetuskan ide microblogging (MB), tp memang baru terasa sekarang kalo si MB ini jauh lebih praktis dari sekedar webblog (WB) biasa. Di MB kita bisa langsung menuliskan apa yg ingin disampaikan, umumnya tidak lebih dari 200 kata. Buat orang-orang yg tidak suka menulis (atau memang tidak dikaruniai bakat menulis kayak gw), hal ini luar biasa membantu, terlebih lagi kalo cuma ingin menyampaikan uneg-uneg atau sekedar sumpah serapah.

Dalam kasus gw, saat ini Facebook (FB) lebih banyak dipakai untuk menuliskan ide atau sesuatu yang saat ini ada di pikiran, tentunya dalam batas-batas tertentu. Dibatasi karena sebagian teman di FB adalah atasan gw, jadi mesti hati-hati nulis sesuatu di FB, bisa-bisa kena sindir, tegur atau yang lebih parah lagi, surat peringatan alias SP. So, let’s just say FB is the light side of my personality … 

Tapi yg namanya manusia, tentunya wajar kalau sesekali menumpahkan segala kepenatan, amarah, dampratan dan sumpah serapah. Nah, dalam hal ini Plurk sangat membantu. Popularitas Plurk memang masih di bawah FB, itu sebabnya sangat cocok digunakan sebagai tempat curhat, atau menuliskan segala sesuatu yang tidak mungkin dituliskan di FB. Kalo di FB teman gw bisa mencapai ratusan, tp kalo plurk cuma puluhan orang, itupun sebagian besar nggak dikenal. Jadi tidak aneh kalo timeline Plurkku penuh dengan segala macam komplain dan tulisan-tulisan nggak mutu yg kalo dibaca rada bikin mata sakit. Plurk juga mengenal sistem Karma, kalo di game RPG rada mirip dengan experience, yg nilainya akan naik seiring dengan seringnya kita beraktivitas di Plurk. So in my case, Plurk is the dark side of my personality …

Kalo Twitter gimana ? Dibanding FB dan Plurk, gw termasuk jarang ngetwit. Fitur Twitter menurut gw masih di bawah FB, selain itu apa yg disediakan di Twitter sudah tersedia pula di Plurk. Kalo apa yg gw tulis di Plurk suka ngaco, kadang di Twitter gw bisa ngomong lebih ngaco lagi, terlebih lagi kadang postingan di Plurk sering gw link ke Twitter. Jadi, suka nggak nyambung dgn yg ada dipikiran gw saat itu. So just say, Twitter is the fake side of my personality

Nah, jadi untuk weblogku tersayang, mungkin akhir-akhir ini aku jarang mengunjungimu. Tapi tenang, ada beberapa hal yang tetap akan dituliskan di sini nantinya. Bagaimanapun jg, banyak ide, tulisan, aktivitas dan kenangan berharga yang sudah tersimpan di sini. My weblog is the real side of personality … emoticon

October 18, 2010 Posted by | Activity, Bhs Indonesia, Thought and Opinion | Leave a comment

Radar Data Processing – #1 – System Reqs.

Tulisan ini sebenarnya dikhususkan untuk diri sendiri, soalnya aku gampang lupa dan punya penyakit yang nggak sembuh-sembuh sejak jaman sekolah dulu : malas mencatat. Berhubung hampir semua aktivitasku, mulai dari pekerjaan, riset sampai thesis berhubungan langsung dengan data radar, rasanya perlu untuk membuat catatan kecil tentang proses pengolahan data radar, mulai dari instalasi sampai proses eksekusi programnya.

Berikut sistem dasar yang diperlukan agar seluruh pengolahan data radar dapat berjalan lancar :

  1. PC atau Laptop atau yang kompatibel dengan prosesor minimal pentium 4 atau yang sejenis (AMD dll), RAM minimal 512 MB, dan ruang harddisk minimal 30 GB.
  2. Sistem Operasi Linux/UNIX atau yang kompatibel. Distro apapun boleh.
  3. C Compiler. Disarankan menggunakan GCC (Gnu C Compiler). Bisa diperoleh lewat SPM (Synaptic Package Manager).
  4. C++ Compiler. Disarankan menggunakan  G++. Bisa diperoleh lewat SPM (Synaptic Package Manager).
  5. Fortran Compiler. Disarankan menggunakan Gfortran atau Ifortran. Bisa diperoleh lewat SPM (Synaptic Package Manager).
  6. Text Editor (gedit, pico, emacs, vi dll).
  7. Perl (Practical Extraction and Report Language).

Berikut sistem tambahan yang harus diinstalasi untuk keperluan pengolahan data :

  1. NetCDF (Network Common Data Form). Bisa diunduh di : http://www.unidata.ucar.edu/software/netcdf/
  2. NetCDF-Perl Extension. Bisa diunduh di : http://www.unidata.ucar.edu/software/netcdf-perl/
  3. mmds (Msaka Multiple Doppler Synthesis) untuk konversi data RAW radar ke MRF dataset buatan Takeshi Maeseki. Kalo ini aku dapat ini selama training di Jepang dulu (thanks to sakurai-senpai).

Dan ini beberapa tool tambahan (opsional) untuk membantu visualisasi data yg sudah diolah : 

  1. GrADS (Grid Analysis and Display System). Bisa diunduh di : http://www.iges.org/grads/
  2. GTK+ (Gimp Toolkit). Bisa diunduh di : http://www.gtk.org/ 

Sebagai perbandingan, berikut spesifikasi sistem yg kupakai untuk pengolahan data radar selama ini : Dell Inspiron 1318, Processor Intel Core 2 Duo T8100 2.1 GHz, RAM 4 GB,  Harddisk 250 GB (50 GB untuk Linux), OS Linux Mint 7 Gloria.

Pada tulisan berikutnya akan diulas teknik instalasi sistem di atas emoticon.  

July 7, 2010 Posted by | Bhs Indonesia, Guide, Science and Technology | 4 Comments

Nggak Jadi Pindah .. LOL

Setelah kupikir-pikir lagi, akhirnya kuputuskan untuk menunda ‘kepindahan’ blog hosting dari blogsome ke blogspot. Berikut yg jadi bahan pertimbangannya :

  1. Blog ini sudah telanjur beken dan rangkingnya juga lumayan di google.
  2. Dashboardnya simpel, nggak ribet kayak blog hosting yg lain, walaupun sudah ketinggalan zaman dengan teknologi web sekarang.
  3. Aku sudah telanjur sayang dengan blog ini, rasanya kok ‘berdosa’ kalo ditinggal begitu aja. Banyak catatan berharga yg kutuliskan di sini, bego banget rasanya kalo pindah cuma gara-gara pingin kompatibel dengan FB.
  4. Forum blogsome sudah aktif lagi, setidaknya nggak perlu takut hostingnya bermasalah. Lagian sudah ada fitur blog backup.

Jadi, aku putuskan untuk ‘rujuk’ lagi dengan blog ini … wakakakak …  emoticon

 

July 1, 2010 Posted by | Bhs Indonesia, News, Thought and Opinion | Leave a comment

Cara Update Status Facebook via Blackberry (Bohongan)

Blackberry …

Bagi yang belum pernah dengar nama gadget yang satu ini, siap-siaplah dicap gaptek oleh teman-teman anda. Saat ini, blackberry alias BB seakan-akan sudah jadi simbol kemapanan dan gaya hidup, khususnya bagi warga ibukota. Kalo naik kereta atau busway contohnya. Tidak jarang, orang-orang dalam radius 5 meter dari saya sudah menggenggam piranti mobile ini di tangannya, entah itu untuk berkirim pesan, telepon atau sekedar update status Facebook. Buat yg merasa belum punya BB wajarlah merasa minder, soalnya entah kenapa, kok kayaknya kalo sudah pegang BB di tangan, senyum orang-orang tadi beda dengan biasanya ya ??? Heheheh … biasalah, isu kesenjangan sosial memang sudah bukan barang aneh di republik Indonesia yang kita cintai ini … 😀

Di Facebook pun demikian. Coba saja liat orang-orang yang update status via BB. Kalo anda perhatikan di bagian bawah status sudah ada lambang totol-totol bertuliskan "via Facebook for Blackberry" kesannya gimana gitu. Tidak jarang, status yang diupdate via BB ini lebih banyak dikomentarin dibandingkan dengan status yang diupdate "via MobileWeb". Rasanya tidak adil memang, tapi begitulah cermin manusia Indonesia yang memang masih didominasi oleh kaum materialistis, yang sering menilai seseorang hanya dari status sosial dan materi yang dimilikinya.

Kalo saya pribadi sih nggak terlalu peduli dicap gaptek, udik atau miskin karena nggak punya BB. Saya sudah terbiasa membeli barang yang benar-benar dibutuhkan saja. Kalo mau beli BB sih bisa aja, tapi ya buat apa juga ? Toh semua kebutuhan sehari-hari untuk komunikasi, kerja dan lain-lain sudah terpenuhi dengan HP butut ini. Umurnya memang sudah 3 tahun lebih, warnanya sudah banyak memudar dan kadang-kadang hang, tapi HP butut ini benar-benar banyak jasanya. Mulai dari telepon, SMS, internetan, organizer, mp3 player, catatan, alarm, kamera sampai untuk merekam video sudah tersedia. Di waktu senang HP ini ada di genggaman saya, di waktu susah pun dia ada di sisi saya, jadi sudah malas ganti dengan yang baru … kecuali kalo memang sudah rusak total.

Okay … back to topic. Bagi yang biasa update status FB tapi belum punya BB, janganlah berkecil hati. Ternyata masih ada orang-orang kreatif di luar sana yang memikirkan perasaan anda (dan saya pastinya LOL). Intinya, kita bisa mengupdate status FB status via BB hanya dengan bermodal PC atau HP biasa. Buat yang biasa main ke kaskus.us mungkin sudah tau trik ini karena memang pertama kali dipopulerkan olah member-member forum tersebut.

Saya sudah coba dan memang berhasil, teman-teman saya sampai terperdaya, bahkan ada yang dengan senang hati mengirimkan PIN BB-nya ke saya. Kalo anda tertarik, silahkan coba.

  1. Buka alamat web berikut : http://statusvia.web.id/
  2. Anda akan diberi beberapa pilihan update status. Pilih gadget yang anda inginkan. Misalnya Blackberry atau iPhone. Kalo mau iseng, coba pilih update status via Dukun, Telepon Umum atau Setan 😀
  3. Anda akan diminta melakukan otorisasi ke facebook untuk menggunakan aplikasi ini. Buka saja link pada tab lain (di browser yang sama).
  4. Kalo sudah otorisasi, silakan tulis status yang diinginkan pada field yang disediakan. Lalu klik "Update Status" … dan liat sendiri hasilnya di FB.

Kalo anda ingin tahu lebih informasi tentang aplikasi ini silakan akses : http://www.facebook.com/statusvia

Selamat mencoba BB jadi-jadiannya … LOL

Catatan :

Satu pesan saya, buat yg memang ga punya BB. Walaupun seolah-olah update statusnya via BB, dan teman-teman menyanjung anda, tetap aja … anda nggak punya BB. Kalo terus-terusan pake aplikasi ini, anda bukan hanya BERBOHONG pada orang lain, tapi anda juga MEMBODOHI diri anda sendiri. Tapi itu terserah anda sih .. use it at your own risk … 😀

April 27, 2010 Posted by | Bhs Indonesia, Guide, IT | 20 Comments

Halmahera #2 – The Ring of Fire

"Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman …"

Demikian sepotong lirik lagu Kolam Susu karya Koes Plus yang melegenda. Banyak orang yang setuju dengan ungkapan syairnya. Aku sendiri hanya 50% sepaham dengan orang-orang konservatif itu. Malangnya, setelah kuliah di Jurusan Geofisika dan Meteorologi, nilai kesepahaman itu anjlok lagi menjadi 25%. Andaikan waktu itu Koes Plus mengerti ilmu Geofisika, mereka pasti akan berpikir ulang menjuluki negeri kita, Republik Indonesia yang tercinta ini, dengan sebutan ‘Tanah Surga’.

Kenyataannya, kepulauan Indonesia berada tepat di pertemuan 3 lempeng tektonik utama di dunia : Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia. Lempeng-lempeng ini terus bergerak, menekan, menyusup ke dalam mantel bumi di bawah lempeng tektonik lainnya. Subduction, itu istilah kerennya. Konon, pergerakan dari proses ini hanya sekitar puluhan milimeter setiap tahun. Tapi angka puluhan mili ini bisa menjadi masalah besar, karena bila dilihat dari skalanya, ukuran lempeng tektonik jelas bukan tandingan manusia. Gaya yang ditimbulkan dari friksi antar lempeng inilah yang jadi bencana yang biasa disebut dengan Gempa Bumi.

Jadi bisa dibayangkan, betapa strategisnya posisi negara ini dengan berada tepat di atas pertemuan 3 lempeng tektonik utama tadi. Dan atas ‘prestasi’ tersebut, Indonesia berhak menyandang titel The Ring of Fire area, alias salah satu wilayah yang memiliki aktivitas vulkanik dan gempa bumi terbanyak di dunia.

Setahuku sampai saat ini, belum ada satu orang pun yang bisa meramalkan kapan dan di mana gempa bumi terjadi, kecuali seorang perempuan bernama Laurentia Pasaribu, yang oleh kalangan penggosip, dikenal dengan nama Mama Laurent, tentu saja karena ramalannya yang lebih sering meleset dari kenyataan. Sisanya, hanya manusia-manusia tak berguna yang gemar menyebar hoax gempa lewat SMS, Twitter, Facebook dan situs-situs jejaring sosial lainnya.

Namun kalau dipikir lagi, para penyebar hoax tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan dengan nelayan-nelayan dari salah satu negara tetangga di utara Indonesia, yang luasnya hanya sekitar 300 ribu kilometer persegi, bernama lengkap Republika ng Pilipinas alias Filipina. Sudah lama sekali nelayan-nelayan Filipina ini -terutama yang berdomisili di selatan pulau Mindanao- menjadi musuh bebuyutan para peneliti, terutama di bidang Oceanography dan Marine Geology.

Apa pasal ? Nelayan-nelayan Mindanao punya reputasi mentereng yang disegani para ilmuwan : Vandalisme. Jangankan ikan atau biota laut lainnya, benda-benda mati, yang seharusnya tidak layak masuk ke perut pun akan mereka sikat. Mulai dari Tsunami Buoy bernilai miliaran rupiah sampai pelampung yang tidak laku dijual di pasar loak pun akan diembat. Tidak heran, banyak peneliti, baik itu peneliti lokal maupun asing,  akan geram dan menitikkan air mata kecewa begitu mengetahui instrumennya yang baru terpasang (di-deploy) di daerah kekuasaan laut para nelayan ini, raib atau rusak, hanya dalam hitungan hari.

Semboyan nasional Filipina :  Maka-Diyos, Maka-Tao, Makakalikasan, at Makabansa (Untuk Tuhan, Rakyat, Alam dan Negara) tak digubris sama sekali. Padahal, maksud pemasangan instrumen-instrumen ini sudah jelas, untuk kebaikan tiap umat manusia yang hidup di daerah perbatasan Indonesia-Filipina, termasuk nelayan-nelayan yang tak tahu diuntung tersebut. Sepertinya para pencari ikan itu tidak tahu kalau perairan di antara Halmahera dan Mindanao merupakan salah satu titik paling vital dari Ring of Fire, pertemuan 3 lempeng utama yang sudah dijelaskan di atas tadi, yang artinya, gempa bumi bawah laut di daerah ini berpotensi menimbulkan Tsunami yang bisa jadi lebih mengerikan dibandingkan Tsunami Aceh tahun 2004 silam.

Saking jengkelnya, salah seorang rekan peneliti pernah menyarankan agar bagian luar instrumen-instrumen yang terpasang di daerah ini dialiri dengan listrik ratusan volt, maksudnya agar para vandal berkedok nelayan tadi kapok. Sayangnya, usul tadi ditolak mentah-mentah, konon selain karena mahal biayanya, menyetrum nelayan yang mencari nafkah di laut belum pernah ada sejarahnya dan sangat bertentangan dengan hak asasi manusia.

Tapi kalau bicara soal musuh-memusuhi,  seteru abadi para nelayan Mindanao ini tidak lain dan tidak bukan, adalah nelayan Indonesia, terutama yang tinggal di daerah pesisir Sulawesi Utara dan Halmahera Utara. Asal muasal persengketaan yang sudah terjadi bertahun-tahun ini sudah jelas, rebutan ikan, tidak peduli itu ikan paus, ikan hiu atau cuma ikan teri. Ironisnya, nelayan Indonesia umumnya berada pada pihak yang kalah. Selain karena pemerintah Indonesia terlalu sibuk dengan masalah TKI ilegal, penyiksaan TKI atau kasus artis sinetron dadakan bernama Manohara Odelia Pinot,  nelayan-nelayan Filipina ini biasanya dibekali dengan persenjataan lengkap layaknya perompak Somalia. Konon, nelayan Indonesia akan langsung ciut nyalinya begitu mengenali kapal penangkap ikan Filipina dalam jarak 5 mil laut, dan umumnya setelah itu, nelayan-nelayan kita akan menyingkir, membiarkan daerahnya yang sebenarnya masih dalam wilayah negara kesatuan RI itu dijajah oleh nelayan-nelayan tengik dari negara tetangga.

"Lebih baik pulang makan ikan busuk hasil tangkapan daripada membusuk dimangsa ikan di laut akibat ditembaki nelayan Filipina ..", demikian pengakuan seorang nelayan yang kukenal di Bere-bere, Morotai, pulau di utara Halmahera yang juga merupakan salah satu pulau paling utara di republik ini. Seperti itulah gambaran kerasnya kehidupan para nelayan kita yang ada di daerah perbatasan.

Kesimpulan sementara yang bisa kutarik, jangan coba-coba menyanyikan lagu Kolam Susu di tengah-tengah para nelayan itu, kecuali kepingin ditimpuk batu.

————-

(sumber gambar : en.wikipedia.org)

November 18, 2009 Posted by | Bhs Indonesia | Leave a comment

Halmahera #1 – Prelude

Apakah yang dicari ?
Semua takkan berhenti, berdiri
Kita bukan lebih baik, lebih dari hari ini
Dan katakan saja
Kita masih lupa
Masih tinggi di angkasa
Langit tak biru cerah
Tersesat di ketinggian
Apalah yang terhebat ?
Sadar saat pulang
Sadar saat berpulang ..


Entah, jalan mana yang kan ditempuh
Persimpangan menjadi pintu
Menuju pengulangan waktu
Bagaimana, jika tanpa arah petunjuk ?
Tak mungkin berakhir yang dicari
Teraih di sini …

Guncangan keras seketika menyeretku keluar dari alam mimpi. Kenapa semuanya bergoyang ? Di mana aku sekarang ? Tak perlu menunggu lama untuk mendapat jawabannya. Semburan air asin dari celah-celah jendela kaca itu tepat membasahi mataku yang masih didera kantuk luar biasa. Rasa pedih di kelopak mata yang diakibatkannya terbukti efektif, karena setelah itu aku langsung ingat di mana aku berada sekarang.

Samudera Pasifik … lautan terluas di planet ini.

“Bos !! Kita sudah hampir sampai !!”, teriakan La Saharuddin terdengar sayup di antara gemuruh yang terus mendera. Gadis Mujur 02, kapal berbobot mati 57 GT itu oleng, naik turun dilamun ombak setinggi dua meter. Suara kayu kapal berdecit-decit, seolah ingin lepas dari paku-paku yang merekatkannya.  Aku bangkit dari dipan di belakang kemudi, dan langsung meraih GPS Garmin yang tergeletak di sebelah kompas tua kapal tersebut.

Kubaca dengan seksama angka-angka yang tertulis di layar : 2°00’42.6’’ N, 130°12’36’’ E. Pandangan pun beralih pada jam tangan digital yang di pergelangan tangan kiriku, hari ini, kamis, 27 November 2008, tepat pukul 00.30 LT.

“Di sini posisinya … pak, kita berhenti di sini”, kataku pada kapten kapal berumur 40-an tersebut. Dengan cekatan, La Saharuddin mendorong naik dua tuas yang berada di samping kemudinya, dan kapalpun berhenti bergerak. Berhenti bergerak maju, lebih tepatnya, karena justru setelah kapal berhenti melaju, guncangan ombak-ombak laknat itu semakin menggila. Aku berjalan sempoyongan keluar menuju haluan kapal, diikuti si kapten dan beberapa orang ABK.

Gelap. Tak tampak apapun di depan kapal. Tentu saja. Ini masih jam setengah satu malam. Yang ada hanya Drizzle, hujan yang malu-malu turun dari langit, ditemani angin dengan kecepatan kurang lebih 10 knot.

“Nyalakan lampu, woiiii … !!”, teriak La Saharuddin pada gerombolan ABK yang masih berdiri mematung di belakangnya. Diteriaki demikian, mereka langsung tunggang langgang masuk kembali ke badan kapal, persis seperti banci yang dikejar-kejar tramtib. Tak sampai sepuluh detik, mereka muncul kembali dengan sebuah lampu sorot besar dan gulungan kabel panjang di tangan. Tidak lama kemudian, lampu sorot itu menyala. Cahaya terangnya menyapu-nyapu muka laut yang gelap bergelora. Tidak ada apa pun. Yang ada hanya air dan ombak. Itu saja.

“Pak, tolong jalankan lagi kapal … kita berputar-putar sebentar di sini”, pintaku yang sudah mulai mabuk laut pada pak kapten. Ia tak menjawab dan langsung kembali masuk ke ruang kemudi. Tidak lama setelah itu kapal pun kembali melaju, berjalan pelan, berputar-putar di tengah terjangan ombak.

Sudah hampir setengah jam kami berputar-putar, tapi tidak ada apa pun. Para ABK yang ngantuk dan kedinginan mulai menggerutu dan aku mulai merasa cemas. Aku sudah jauh-jauh sampai ke sini dan aku tidak terima kalau harus pulang dengan tangan hampa. Teriakan La Saharuddin kembali menyadarkanku dari lamunan.

“Bos, bagaimana ?! Kita nda’ bisa lama-lama di sini ! Kalau ombaknya terus begini, kapalnya bisa terbalik !!”

Gawat. Sekarang bukan cuma ngantuk, cemas dan mabuk laut. Pusing dan panik mulai ikut menambah beban dalam kepala. Rasanya seperti dibantai dosen penguji waktu sidang sarjana saja, dan aku bingung mau menjawab apa.

“Bos .. ? Gimana ?!”, sang kapten yang orang Buton asli kembali bertanya, dan para ABK memandangku penuh harap.

Aku menarik nafas panjang, memandang sebentar ke hamparan gelap lautan, lalu memalingkan muka.

“OK. Kita mundur …”, jawabku malas. Lalu kulihat senyum-senyum mengembang dari wajah para ABK itu. Senyum yang menjengkelkan, kataku membatin. Kapal pun kembali bergerak, berbalik arah. Aku yang sudah nyaris putus asa terus memandang lautan hitam di sekeliling kapal, mengharapkan keajaiban yang ada. Tapi semua sia-sia.

Sialan ! Ke mana perginya pelampung itu ? Gelap begini ! Ke mana lagi aku harus mencari ?

November 16, 2009 Posted by | Bhs Indonesia | Leave a comment